Masa remaja.
Bagi
saya, masa ini merupakan masa yang tidak terlalu jelas. Entahlah,
apapun deskripsinya, dari seluk beluk aspek biologis maupun psikologis,
masa ini dapat membentuk manusia dengan ciri ciri fisik dan kejiwaan
yang unik, tidak selalu konstan pada teori yang dikemukakan.
Seperti
pemikiran orang dewasa, masa remaja diposisikan sebagai masa transisi,
kasarnya dapat dikatakan sebagai proses “ganti kulit” antara masa kanak
kanak menuju ke masa dewasa.
Dalam metode perkembangannya, dilihat dari bentuk fisik, para ahli
biologi telah mengkaji masa remaja dengan berbagai teorinya,
diantaranya ciri-ciri perubahan bentuk tubuh, berkembangnya berbagai
hormon, dan tanda lain lain yang menunjukkan ke”pubertas”an, tentu
sudah tidak asing lagi bagi kita. Berbeda pula apa yang diejawantahkan
oleh para ahli sosiologi, yang mengemukakan berbagai teori tentang
mekanisme perkembangan jiwa remaja, dimulai dari tahap preparation stage, play stage, game stage, hingga generalized others. Dikenalkan pula tahap lain, seperti internalisasi dan enkulturisasi, hingga tahap puncaknya yaitu pendewasaan diri.
Beralih pandangan ke masa SMA. Istilah kerennya yaitu masa abu-abu.
Jika
bersumber dari pemikiran saya, -yang notabene pemikiran seorang remaja
tanggung yang tengah menikmati masa abu-abu-, dari berbagai tahap
perkembangan remaja, terutama aspek pikiran dan kejiwaan, dapat
dirasa-rasa, cocok sekali dengan filosofi warna abu abu yang menjadi brand dari masa SMA. Why ?
Jika
dikaji dalam dalam, warna abu-abu menyimpan sebuah arti yang menarik.
Warna abu-abu merupakan percampuran antara warna putih dan hitam.
Putih, yang melambangkan kebenaran, kesucian, kemurnian, dan segala
yang baik-baik, sangat berbeda dengan Hitam, yang melambangkan
kegelapan, kebodohan, kotor dan lain lain . Namun, dalam otak remaja,
kedua warna itu bercampur menjadi abu-abu yang membingungkan. Keruh
sekali. Sesuai dengan karakter remaja, sesuatu yang benar kadang
dianggap salah, dan sesuatu yang salah kadang dianggap benar. Ada
benarnya bukan ? Baiklah, lupakan saja teori nyeleneh yang saya kemukakan.
Sekarang beralih ke tema. Remaja dan Masa depan bangsa.
Dapat
diakui, bahwa hanya sedikit remaja yang mau memikirkan masa depan,
apalagi masa depan bangsa ! . Bisa disebut wajar bila remaja, ya
berperilaku sebagai “remaja” , namun langka adanya bila remaja mampu
menyesuaikan pikiran dan kejiwaan mereka layaknya “orang dewasa” dimana
generalized others yang telah sempurna diaplikasikan.
Tetapi,
tidak pula demikian halnya. Sebenarnya setiap remaja sudah mampu
memposisikan dirinya dalam keadaan apapun, baik dalam aspek pemikiran
“kanak-kanak” hingga “orang dewasa” sekalipun, namun mereka tidak
sadar. Dilihat dari keadaaan sehari hari di sekolah, misalnya, murid
SMA kelas 11 zaman sekarang tentu sudah belajar dari PKn berbagai macam
hal yang berbau-bau politik, hubungan internasional,
dan lain lain, dan mereka pun fasih berdebat dalam setiap diskusi panel
yang diadakan. Tetapi berbeda ceritanya, ketika bel bubaran sekolah
dibunyikan, yang tadinya serius, kini berlari-larian kesana sini,
bercanda, bertingkah aktif bin agresif, seperti halnya kanak-kanak pada
masa emas. Ya, itulah remaja, bisa dikatakan, belum dapat memposisikan
diri secara utuh.
Remaja
yang mengaku dirinya dewasa, tapi mengekspresikannya dengan gaya
kanak-kanaklah yang masuk dalam kategori otak abu-abu ini. Dimisalkan
saja, baru baru ini yang sedang hangat hangatnya adalah berita oknum
anggota DPR yang berbuat tak semestinya, yang mengundang banyak reaksi
dari publik . Banyak yang mengkritik keras persoalan ini, termasuk
murid SMA yang sudah mengerti politik. Tetapi sayangnya, mereka
mengkritik dengan cara ke”kanak-kanak”an, maksudnya bukan mengkritik
dengan gaya kanak-kanak, tetapi disini lebih diasumsikan kepada
kurangnya kebijaksanaan dalam kritikan tersebut,
seperti dengan mengucapkan nama-nama satwa, sumpah serapah tak berguna,
bahkan nama golongan iblis pun terbawa-bawa. Akan tetapi, sadarkah
mereka, bahwa merekalah calon anggota DPR selanjutnya ?
apakah masa muda seorang calon anggota DPR patut berperilaku seperti
itu ? Lalu, bagaimanakah nasib masa depan bangsa ini selanjutnya ?
Ya,
secara tidak langsung, ada keterkaitan antara perilaku remaja yang
menyimpang tersebut dengan masa depan bangsa ini, karena jika
ditilik-tilik, buah tak pernah jatuh jauh dari pohonnya, bukankah seperti itu ? Ah, mungkin saya sudah terlalu jauh berimajinasi.
Nah
sekarang, yang dibutuhkan para remaja adalah semacam “cahaya putih”
yang dapat menetralisir pengaruh menyesatkan otak yang terlanjur
abu-abu ini, yaitu ketauladanan dan kebijaksanaan. Dalam konsep Play Stage, yang
berfungsi sebagai bahan utama untuk ditiru perilakunya adalah orang
tua. Yang dapat dilakukan orang tua adalah menanamkan akhlak terpuji
seperti ketauladanan yang langsung diterapkan dalam kehidupan sehari
hari, agar yang ditiru anaknya itu adalah yang baik, sebagai bekal ia
untuk survive nantinya .
Namun bagi remaja yang merasa akhlak terpuji yang dicontohkan oleh
keluarganya kurang, jangan khawatir, karena Allah SWT telah menurunkan
manusia paling agung di dunia ini, yaitu Nabi Besar Muhammad Rasulullah
SAW , hamba Allah paling mulia yang sangat patut untuk kita contoh
bersama perilaku dan jalan hidupnya . jika saja, remaja remaja
Indonesia sudah menerapkan perilaku agung yang dicontohkan Rasul, maka insyaallah, tak ada yang perlu dikhawatirkan untuk masa depan bangsa ini . Sebuah tantangan pula bagi saya pribadi.
Masa muda itu seperti lollipop.
Seperti itulah kata pepatah. Anda tahu lollipop
? ya, dari bentuknya dan rasanya yang manis itulah yang tidak asing
bagi kita. Sangat enak, apalagi dikulum terus menerus . seperti itu
pula perumpamaan masa muda, sangat manis, manis dengan berbagai kisah
indah di sekolah, manis dengan berbagai pengalaman yang didapatkan,
dirasakan terus menerus, namun tentu akan habis pula pada akhirnya .
Sebagai remaja, sepatutnya kita mentafakkuri jalan hidup apakah yang
akan kita pilih, Putih atau Hitam, jangan terjebak terus dalam zona
abu-abu keraguan . Bergeraklah, untuk masa depan yang lebih baik !
Ya, seperti yang pernah dikobarkan oleh pemimpin kita dahulu, yaitu
Bung Karno, yaitu “Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut
semeru dari akarnya. Berikan aku 1 pemuda, niscaya akan kuguncangkan
dunia !”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar